Muna Barat – Dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-80, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Muna Barat (Mubar) menggelar acara fashion show yang diikuti oleh seluruh Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) beserta istri mereka. Acara ini bertujuan untuk mempromosikan tenun lokal khas Muna Barat.
Ketua Dekranasda Muna Barat, Rhika Purwaningsih Darwin, menyatakan bahwa fashion show ini bukan hanya sekadar kegiatan seremonial, tetapi juga merupakan wadah untuk memperkenalkan tenunan khas daerah kepada masyarakat luas. Ia berharap tenunan Muna Barat dapat dikenal dan diminati hingga ke tingkat nasional, bahkan internasional.
“Sebelum memperkenalkan ke kancah nasional, kita harus perkenalkan dulu ke masyarakat lokal, sehingga tenunan khas daerah diminati oleh masyarakat Muna Barat serta dilirik oleh daerah-daerah lainnya di Sulawesi Tenggara, dan kemudian menjadi tren hingga kancah nasional,” ujarnya.
Rhika menambahkan bahwa kegiatan ini juga merupakan wujud komitmen Dekranasda dalam menyejahterakan pelaku UMKM. Dengan terus memperkenalkan produk daerah, diharapkan akan tercipta wadah pemasaran yang efektif bagi tenunan Muna Barat.
Ia juga berharap agar tenunan khas lokal tidak hanya digunakan oleh orang dewasa, tetapi juga oleh kalangan muda dan anak-anak, sebagai wujud kecintaan terhadap daerah dan untuk memastikan regenerasi peminat tenunan.
Sekretaris Dekranasda Muna Barat, Wa Ode Sitti Hamzia, menambahkan bahwa promosi tenunan tidak hanya dilakukan melalui fashion show, tetapi juga akan ada event besar lainnya yang akan diselenggarakan di masa depan.
“Ke depannya, kita akan membuat event besar untuk memperkenalkan kearifan lokal Muna Barat, khususnya tenunan khas daerah,” pungkasnya.
Dalam fashion show tersebut, para kepala OPD bersama istri menampilkan tenunan dengan berbagai motif, seperti kenta nedole, jati, lobster, kepiting, sukun, layang-layang, masjid, serta motif yang menggambarkan hasil kekayaan alam daerah dan keberagaman budaya. Tenunan-tenunan ini merupakan karya para penenun dari Desa Waulai, Kecamatan Barangka, dan Desa Lahaji, Kecamatan Napano Kusambi.(Red/kabartime.com)
