Kendari, Pemilihan Rektor Universitas Halu Oleo (UHO) pada 16 Juni 2025 telah menghasilkan hasil yang mengejutkan. Dari tiga kandidat, Prof. Armid meraih 31 suara, Prof. Ruslin 13 suara, dan Prof. Takdir 30 suara. Prof. Armid unggul tipis, hanya selisih satu suara dari Prof. Takdir, dari total 74 suara sah.
Uniknya, suara pemilih terbagi dua: 48 suara dari anggota senat UHO, dan 26 suara mewakili Kementerian, yang diwakilkan oleh Wakil Menteri Prof. Fauzan. Pengamatan di lokasi pemilihan di Gedung Rektorat mengindikasikan adanya kecenderungan; 26 suara dari Kementerian tampaknya terkonsentrasi pada Prof. Takdir. Namun, dukungan ini pada akhirnya tidak cukup untuk memenangkannya.
Lebih mengherankan lagi, perolehan suara masing-masing kandidat menunjukkan dinamika yang menarik. Pada putaran pertama, Prof. Armid memperoleh 32 suara, Prof. Ruslin 11 suara, dan Prof. Takdir hanya 4 suara. Lonjakan signifikan suara Prof. Takdir di putaran selanjutnya (menjadi 30 suara) menimbulkan spekulasi kuat bahwa suara Kementerian dialihkan kepadanya.
Hasil ini menimbulkan tanda tanya besar. Bagaimana mungkin suara Kementerian yang diwakili oleh Wakil Menteri, yang seharusnya mewakili kepentingan negara, tidak berpengaruh signifikan bahkan “keok” dalam pemilihan Rektor UHO? Berbagai spekulasi dan analisis beredar di masyarakat Sulawesi Tenggara, dengan kesimpulan umum bahwa dukungan Kementerian nyaris nihil dan sulit dipahami secara logis.
Al Munardin, Alumni Fakultas Hukum UHO
